Hari ini udara di Jakarta cukup membuat saya memproduksi keringat lebih banyak dari biasanya. Matahari seakan mau menunjukan siapa dirinya dengan kekuatan panas alaminya. Tapi syukurnya di ruangan kantor ber-AC, lumayan ngurangi rasa panas diluar ruangan, suhu di luar sekitar 31’C. Sebenarnya hari ini adalah hari yang sangat melelahkan bagi saya yang harus bekerja mengunjungi klien untuk meeting diluar kantor.
Perkenalkan nama saya Fauzan, saya berumur 26 tahun, bekerja sebagai IT Consultant yang berkantor di bilangan Jakarta Pusat. Sebagai IT Consultant banyak waktu yang dihabiskan untuk bertemu klien untuk meeting atau untuk sekedar Hang Out, tapi kebanyakan sih untuk meeting. Dan banyak waktu juga yang dilakukan di luar kantor, pergi ke kantor itu hanya untuk absen pagi saja. Yang saya suka dari pekerjaan saya adalah, sebagai IT Consultant saya diwajibkan untuk mengerti bagaimana permasalahan yang ingin diselesaikan oleh klien, dan saya juga harus mengerti ilmu public speaking karena dengan public speeking yang baik para klien akan menilai kinerja kita apakah baik atau tidak, first impression is a must.
Hari ini aku dapat giliran meeting dengan klien di bilangan Jakarta Selatan, di daerah Pasar Minggu. Sudah terbayangkan macetnya seperti apa disana, di tambah proyek pemerintah yang belum juga selesai. Aku janji bertemu pukul 9 pagi, jadi aku tidak mampir kantor untuk absen karena itu akan memakan waktu yang sangat lama.
Setelah sampai di tempat tujuan ku, aku Menuju receptionist untuk melaporkan identitas. Setelah itu aku menuju lantai 5. Disana aku bertemu dengan Bapak Abdul dan Ibu Maria mereka adalah klien ku dari perusahaan yang bergerak di bidang advertising. Setelah aku mengerti apa yang mereka inginkan dan mereka pun setuju dengan apa yang aku usulkan untuk program IT yang aku tawarkan, akhirnya kami membuat kesepakatan kerja. Aku akan bekerja untuk perusahaan mereka dalam jangka waktu 2 bulan kedepan tetapi masih harus bolak balik ke kantor ku juga. Ya beginilah kerja sebagai Consultant, harus siap ditugaskan dimanapun.
Minggu kedua aku di kantor ini, tidak ada yang berbeda, aku masih tetap dengan pekerjaan ku dan tetap dengan Bapak Abdul dan Ibu Maria, mereka sangat ramah sekali. Sesekali mereka menggodaku dengan mengenalkan aku kepada rekan kerja mereka, mereka tau kalau aku memang belum memiliki pasangan.
“ Fauzan, mau tidak dengan Ratih anak buah Ibu Melia bagian Akunting?” Kata Pak Abdul
“Dia itu anak yang cerdas, cantik, dan mandiri loh” lanjut Ibu Maria
Aku hanya tersenyum dan tanpa berkata.
Aku selalu bingung jika ada yang menjodohkan seperti ini. Sebenarnya aku ini bukan tidak laku atau aku tidak mencari pasangan lagi. Perjalanan cinta ku yang kemarin itu membuat aku trauma dengan apa yang namanya cinta.
Ya, satu tahun lalu tepatnya tahun 2015, aku putus dengan Alika, dia mantan pacarku. Aku memutuskannya dengan alasan yang sangat prinsip yaitu Perbedaan Agama. Aku seorang Muslim dan Alika seorang Katolik. Aku dan Alika menjalin hubungan selama 2 tahun, karena awalnya Alika mau pindah dan mengikuti keyakinanku sebagai mu’alaf, tetapi setelah 2 tahun pacaran aku tidak melihat kebenaran yang ingin dia lakukan. Sebenarnya kami sangat mencintai, aku pun hormat kepada orang tua Alika, aku tidak membencinya. Walaupun di awal pacaran mereka tidak setuju.
Aku pernah bilang ke Alika kalau aku tidak bisa menikahinya dengan status agama yang berbeda, aku tau menurut sebagian orang itu dalam berumah tangga dengan perbedaan agama itu indah karena mereka bisa saling menghormati satu sama lain, tapi bagi ku tidak, yang indah itu adalah apabila kita berada didalam satu jalan yang sama, aku bisa menjadi imam bagi dirinya dan dia menjadi makmum untuk diri ku, yang indah itu adalah apabila kita berpuasa bersama dan merayakan Idul Fitri bersama, dan yang indah itu adalah apabila kita saling mendoakan Tuhan yang mendengarkan doa kita adalah Satu. Aku harap waktu itu Alika mengerti dengan pemikiranku tapi ternyata tidak. Alika belum sepenuhnya mencintaiku. Dan akhirnya hubungan kami berakhir, sampai saat ini aku belum menemukan pengganti Alika.
“Ahh.. Sudahlah” Kata ku sambil mengingat masa lalu.
Waktu istirahat Pak Abdul dan Ibu Maria masih sibuk juga mencomblangkan aku dengan rekan kerja mereka, mulai dari bagian akunting sampai bagian promosi. Maklum mereka ini para petinggi IT di kantor itu jadi mereka banyak kenal dengan para karyawan.
“Ayo laaaah Fauzan, nanti keburu umur mu tua loh kau belum punya pasangan juga” kata Bu Maria sambil tertawa
“Iya Bu, ini saya juga sambil mencari kok” balas ku
“Kau masih belum bisa Move On yaaa dari pacar kau yang lama itu? Siapa namanya aku lupa..” sambung Pak Abdul dengan suara berlogat Batak.
“Alika, Pak..”
Pak Abdul memang mengenalku sejak aku pacaran dengan Alika karena Pak Abdul adalah rekan kerja ku di kantor terdahulu.
Setelah hampir 2 bulan aku berada di kantor Pasar Minggu ini dan dihari terakhirku, aku sangat terkejut dengan apa yang aku lihat di lobby kantor. Aku melihat Alika!
Dia tidak berubah, rambutnya yang sebahu, tinggi, dan rapih. Aku sempat tidak bernafas untuk beberapa saat seakan jantungku berhenti berdetak. Dan tanpa sengaja mulutku memanggilnya
“Alika!”
Dia menoleh dan mengingat sebentar, “Fauzan, ngapain kamu?”
Aku sangat gugup dan salah tingkah kenapa aku memanggil nya dan berharap dia tidak mendengar tetapi dia mendengar.
“Aku sedang ada Project dengan Pak Abdul dan Ibu Maria” lanjutku “Kamu sedang apa disini? Aku baru melihatmu?”
“Hari ini hari pertama aku kembali bekerja setelah 3 bulan lalu aku cuti hamil dan melahirkan”
Aku terdiam tak tahu harus melanjutkan pembicaraan seperti apa, aku seperti tersambar halilintar mendengar Alika sudah memiliki anak.
“Maaf aku tidak memberi tahu mu mengenai pernikahan ku dengan Andre” lanjut Alika
“Andre?
“Iya Andre”
“Andre mantan pacarmu?”
“Iya setelah putus dari kamu, Andre jadi sering datang kerumah, jadi sering mencari perhatian orang tua ku terutama Ayahku.” Sambung Alika dengan nada sedikit pelan.
Setelah itu aku pergi, mengingat ini masih pagi, aku tidak ingin merusak Mood yang sudah aku bikin dari semalam untuk menciptakan suasana yang nyaman di hatiku, dan aku tidak tahu setelah bertemu Alika di kantor ini.
Jam istirahat aku bertanya kepada Pak Abdul yang sebenarnya sudah tahu Alika bekerja di kantor yang sama dengan dia.
“Pak, kenapa Bapak tidak cerita padaku sih dari awal kalau Alika bekerja di kantor ini?”
“Ahhh kau tahu dari mana?
“Aku bertemu dengannya di lobby tadi pagi, aku sangat kaget”
“Aduh maaf kan aku lah Fauzan, aku tidak bermaksud membohongimu, aku cuma tidak mau kau menolak tawaran kerja dikantor ini cuma karena Alika, makanya aku diam saja”
Aku cuma tersenyum tidak berselera untuk bicara.
Sore harinya sepulang kerja. Aku bertemu Alika dua kali hari ini, tadi pagi di lobby dan sekarang di parkiran basement.
“Fauzan” teriak Alika
Sepertinya aku mengenal siapa yang memanggil ku dengan begitu lembut dan manja, ketika aku menoleh dan benar itu Alika. Aku hanya tersenyum.
“Maaf kan aku” lanjut Alika
“Maaf untuk apa? “ kata ku “tidak ada yang perlu memaafkan atau dimaafkan, kita memang tidak bisa bersatu Alika. Bukan karena kita saling membenci tapi karena kita berbeda”
“Iya aku tahu Fauzan, aku tidak bisa mengikuti agama mu.”
“Sudahlah Alika, sekarang kau sudah mempunyai kehidupan yang lebih baik dengan suami dan anak mu”
“Boleh aku minta nomor HP mu?” Tanya Alika
“Untuk apa Alika, aku tidak mau menjadi perusak hubunganmu dengan suamimu”
“Atau besok kita makan siang bersama?” Lanjutnya
“Ini adalah hari terakhirku di kantor ini, aku hanya sebagai Consultant yang bekerja untuk kantor mu. Sudahlah Alika, mungkin pertemuan ini terakhir untuk kita”
Aku melihat Alika menangis, sebenarnya aku tidak tega melihat dia menangis, tetapi jika aku memberikan perasaan yang sama dengannya seperti waktu kami pacaran, aku takut akan merusak rumah tangganya, ditambah dia baru memiliki anak pertamanya.
“Aku sangat mencintaimu Alika, tetapi cintaku tidak harus kamu miliki, karena kamu telah memilih cinta mu sendiri, biarlah waktu yang menghapus kisah kita Alika, semoga apa yang pernah kita jalani menjadi pembelajaran” lanjut ku.
Setelah itu aku masuk mobil dan pergi meninggalkan Alika, aku tidak mau merusak apa yang telah Alika dan Andre bangun. Aku tidak mau merusak perasaan ku sendiri, aku tidak mau menyiksa diriku sendiri dengan adanya Alika. Aku ingin semuanya kembali normal. Dan pastinya aku akan menolak untuk menjadi IT Consultant untuk kantor Bapak Abdul dan Ibu Maria. Aku ingin semua berjalan seperti sebelumnya.
Cinta itu buta, semua orang bisa melakukan apapun demi cinta, aku tidak mau itu terjadi pada Alika. Aku sangat mencintai Alika tetapi tidak mungkin untuk memiliki nya, dengan cara ini lah aku mencintai nya. Membiarkan dia membangun rumah tangganya dengan baik, tanpa ada Aku dan Masa lalu nya. SEKIAN
With Love 🖤
Tidak ada komentar:
Posting Komentar